“Survei ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kepuasan publik terhadap Jokowi dan kaitannya dengan peluang pasangan capres-cawapres yang diusung oleh partai-partai yang sebelumnya bersama-sama mengusung Jokowi,” kata Vivin.
Hasil survei menunjukkan bahwa 82,4 persen publik merasa puas terhadap kepemimpinan Jokowi, dan hanya 15,8 persen yang merasa tidak puas.
“Tingginya tingkat kepuasan publik terhadap Jokowi sekaligus menunjukkan bahwa publik akan memilih pasangan capres-cawapres yang diusung oleh partai-partai yang sebelumnya bersama-sama mengusung Jokowi,” ujar Vivin.
Hal itu juga menunjukkan bahwa publik menaruh harapan besar bahwa program-program Jokowi yang sudah berjalan selama ini dapat dilanjutkan oleh kepemimpinan nasional baru hasil Pemilu 2024.
“Mayoritas publik akan cenderung memilih pasangan capres-cawapres yang paling kuat komitmen soal keberlanjutan, dan tentunya didukung oleh Jokowi sendiri,” kata Vivin.
Sikap Jokowi yang terus-menerus melakukan cawe-cawe dalam pemilu kali ini demi memastikan keberlanjutan program selama dua periode berjalan.
Belakangan Jokowi kembali dituding berpihak setelah menjamu makan malam Prabowo. Selain dengan Prabowo, pertemuan juga dilakukan dengan pimpinan partai-partai yang berasal dari koalisi pengusung Prabowo-Gibran.
“Jokowi ingin mengirim pesan adanya dukungan terhadap pasangan Prabowo-Gibran yang diusung oleh Koalisi Indonesia Maju (KIM),” kata dia.
Demikian pula dengan ketidakhadiran Jokowi dalam peringatan ulang tahun PDIP yang ke-51.
“Perpecahan antara Jokowi dengan PDIP yang mengusung pasangan Ganjar-Mahfud makin nyata, padahal sebelumnya Jokowi dan PDIP merupakan simbiosis mutualisme,” ujarnya.
Jokowi diusung PDIP sejak menjabat Wali Kota Solo hingga masuk ke DKI Jakarta dan bertarung pada Pilpres 2014 dan 2019.
Sebaliknya, Jokowi pula yang memastikan PDIP memenangkan dua kali pemilu berturut-turut, setelah sebelumnya dua periode menjadi oposisi.
Harus dicatat pula, pada Pilkada DKI Jakarta 2012 yang membawa Jokowi dari Solo ke Jakarta juga ada Gerindra. Saat itu koalisi terbangun antara PDIP dan Gerindra, di mana Megawati dan Prabowo maju berpasangan pada Pilpres 2009.
Dukungan dan keberpihakan yang ditunjukkan Jokowi kepada Prabowo-Gibran ditujukan untuk mempertebal dukungan kepada pasangan nomor urut dua itu.
“Upaya itu sekaligus untuk memastikan Pilpres berjalan dalam satu putaran, di mana suara yang diperoleh Prabowo-Gibran diproyeksikan menembus 50 persen,” ujar Vivin.
Wacana agar Pilpres berlangsung satu putaran terus digaungkan oleh koalisi partai-partai dan relawan.
Gencar-nya upaya untuk mendorong Pilpres satu putaran memaksa kubu Anies-Muhaimin membuka kerja sama dengan Ganjar-Mahfud.
“Kedua kubu itu berharap Pilpres tetap dua putaran, dan salah satunya bisa lolos ke putaran berikutnya,” lanjut Vivin.
Sebagai catatan, PDIP sebagai pengusung utama Ganjar-Mahfud dan PKS yang paling getol menyerukan perubahan selama ini selalu berada pada posisi diametral sehingga perlu kerja keras untuk bisa menyatukan dua kekuatan yang ibarat-nya seperti minyak dengan air.
“Di sisi lain, PDIP sebagai partai nasionalis utama mempertaruhkan ideologi-nya jika ingin membangun kerja sama dengan PKS dan Anies Baswedan yang selama ini diidentikkan dengan politik identitas, seperti terjadi pada Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu,” tutur Vivin.
Upaya semacam itu bahkan berisiko membuat basis pendukung Ganjar-Mahfud yang didominasi pemilih nasionalis untuk semakin bergeser memilih Prabowo-Gibran.
“Elektabilitas Ganjar-Mahfud yang menurun dan disalip Anies-Muhaimin berpotensi semakin anjlok,” ucapnya.
Survei Index Research dilakukan pada 3-9 Januari 2024 terhadap 1200 orang mewakili semua provinsi. Responden dipilih secara acak bertingkat (multistage random sampling) dan diwawancara tatap muka. Margin of error survei sebesar sekitar 2,9 persen, pada tingkat kepercayaan 95 persen.
“Survei ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kepuasan publik terhadap Jokowi dan kaitannya dengan peluang pasangan capres-cawapres yang diusung oleh partai-partai yang sebelumnya bersama-sama mengusung Jokowi,” kata Vivin.
Hasil survei menunjukkan bahwa 82,4 persen publik merasa puas terhadap kepemimpinan Jokowi, dan hanya 15,8 persen yang merasa tidak puas.
“Tingginya tingkat kepuasan publik terhadap Jokowi sekaligus menunjukkan bahwa publik akan memilih pasangan capres-cawapres yang diusung oleh partai-partai yang sebelumnya bersama-sama mengusung Jokowi,” ujar Vivin.
Hal itu juga menunjukkan bahwa publik menaruh harapan besar bahwa program-program Jokowi yang sudah berjalan selama ini dapat dilanjutkan oleh kepemimpinan nasional baru hasil Pemilu 2024.
“Mayoritas publik akan cenderung memilih pasangan capres-cawapres yang paling kuat komitmen soal keberlanjutan, dan tentunya didukung oleh Jokowi sendiri,” kata Vivin.
Sikap Jokowi yang terus-menerus melakukan cawe-cawe dalam pemilu kali ini demi memastikan keberlanjutan program selama dua periode berjalan.
Belakangan Jokowi kembali dituding berpihak setelah menjamu makan malam Prabowo. Selain dengan Prabowo, pertemuan juga dilakukan dengan pimpinan partai-partai yang berasal dari koalisi pengusung Prabowo-Gibran.
“Jokowi ingin mengirim pesan adanya dukungan terhadap pasangan Prabowo-Gibran yang diusung oleh Koalisi Indonesia Maju (KIM),” kata dia.
Demikian pula dengan ketidakhadiran Jokowi dalam peringatan ulang tahun PDIP yang ke-51.
“Perpecahan antara Jokowi dengan PDIP yang mengusung pasangan Ganjar-Mahfud makin nyata, padahal sebelumnya Jokowi dan PDIP merupakan simbiosis mutualisme,” ujarnya.
Jokowi diusung PDIP sejak menjabat Wali Kota Solo hingga masuk ke DKI Jakarta dan bertarung pada Pilpres 2014 dan 2019.
Sebaliknya, Jok