JAKARTA – Penyelenggaraan pemilu yang menuai banyak kritik, termasuk dugaan sikap tidak netral Presiden Joko Widodo (Jokowi) terhadap salah satu pasangan calon di Pilpres 2024, tidak bisa dianggap remeh. Kritik tersebut harus ditanggapi dengan sikap yang adil dalam perhelatan demokrasi yang digelar setiap lima tahun sekali ini.
Hal ini disampaikan oleh Profesor Lili Romli, seorang peneliti senior di bidang politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), sebagai tanggapan atas keprihatinan yang disuarakan oleh sejumlah tokoh nasional dan agama yang tergabung dalam Gerakan Nurani Bangsa (GNB). Beberapa tokoh tersebut adalah Sinta Nuriyah (istri Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid/Gus Dur); Alissa Wahid (putri sulung Gus Dur), Lukman Hakim Saifuddin (mantan Menteri Agama), Romo Ignatius Kardinal Suharyo, Pendeta Gomar Gultom, Karlina Rohima Supelli (filsuf dan astronomer), hingga KH Quraish Shihab (cendekiawan muslim).
“Presiden harus bersikap adil, tidak boleh memihak dan melakukan diskriminasi,” ujar Profesor Lili dalam keterangan tertulis yang dikutip pada Kamis (18/1/2024).
Menurutnya, keprihatinan yang disuarakan oleh GNB terkait situasi penyelenggaraan pemilu yang dianggap jauh dari jujur dan adil (jurdil) harus ditanggapi. Hal ini karena pernyataan GNB mencerminkan kekhawatiran yang dirasakan oleh masyarakat umum.
“Saya rasa GNB dapat mewakili keprihatinan masyarakat terhadap penyelenggaraan pemilu saat ini, yang diduga telah terjadi intervensi dari presiden. Keprihatinan tersebut harus ditanggapi oleh presiden, jangan sampai diabaikan,” tambah Profesor Lili.
Ia juga menegaskan bahwa munculnya Gerakan Nurani Bangsa menunjukkan adanya indikasi bahwa presiden tidak lagi bersikap netral. Hal ini juga harus dijadikan sebagai peringatan agar presiden tidak terlalu terlibat dalam Pilpres 2024.
Dalam hal ini, Koalisi Gerakan Nurani Bangsa (GNB) telah mengadakan pertemuan dengan Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin untuk menyuarakan kepentingan nasional dalam fase kritis transisi kepemimpinan bangsa. Pertemuan tersebut yang dikenal sebagai Merdeka Selatan telah menghasilkan beberapa kesimpulan penting.