Jakarta – Indeks S&P 500 mencatatkan rekor harga tertinggi pada Januari 2022 setelah mengalami kebangkitan dan reli yang panjang. Investor berbondong-bondong membeli saham setelah mendapat sinyal bahwa kampanye kenaikan suku bunga The Fed telah berakhir.
Dilansir dari New York Times, indeks S&P 500 yang menjadi acuan utama di Wall Street berhasil naik 1,2% dan menutup di atas level tertinggi yang terjadi pada Januari 2022. Rekor ini merupakan hasil dari reli yang mengejutkan dalam beberapa bulan terakhir, dimana investor memanfaatkan tanda-tanda perlambatan inflasi dan sinyal dari Federal Reserve (The Fed) yang akan memangkas suku bunga.
Namun, setelah mendekati level tertinggi pada akhir Desember, pasar kehilangan momentum karena masih adanya kekhawatiran tentang inflasi yang tinggi dan serangan penting di Timur Tengah yang dapat mempengaruhi jalur pengiriman. Namun, sentimen positif akhirnya mendorong indeks melampaui rekor tertinggi, terutama dari saham-saham teknologi seperti Apple, Microsoft, Meta, dan Nvidia.
Pada hari Jumat, survei konsumen AS menunjukkan peningkatan besar dalam kepercayaan ekonomi dan ekspektasi inflasi yang lebih terkendali. Hal ini meningkatkan harapan untuk pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.
Meskipun demikian, ahli strategi di Commonwealth Financial Network, Tom Logue, mengatakan bahwa reli yang tinggi tidak akan menghilangkan kecemasan tentang potensi resesi dan risiko suku bunga yang tetap tinggi dan lebih lama dari yang diperkirakan oleh investor saat ini. Namun, hal ini dapat membantu mempertahankan optimisme di Wall Street.
Menurut Logue, rekor S&P 500 juga memiliki dampak psikologis yang positif bagi investor, terutama karena perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam indeks tersebut menyumbang lebih dari tiga perempat nilai pasar saham AS.
S&P 500 ditimbang berdasarkan kapitalisasi pasar, yang berarti bahwa pergerakan perusahaan-perusahaan terbesar akan memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap kinerja indeks. Namun, jika dihitung dengan bobot yang sama untuk setiap perusahaan, S&P 500 akan turun sekitar 5% dari rekor tertingginya, menyoroti kontribusi yang besar dari sejumlah kecil saham.
Sebelumnya, inflasi yang tinggi akibat langkah-langkah stimulus pandemi dan suku bunga rendah menyebabkan The Fed mengambil kebijakan moneter yang lebih ketat. Namun, saat ini kekhawatiran tentang resesi telah mulai berkurang dan investor mulai mengantisipasi perubahan arah kebijakan The Fed.
Kenaikan suku bunga yang cepat yang dimulai pada Maret 2022 sempat menimbulkan kejutan di pasar keuangan, namun perusahaan dan ekonomi menunjukkan ketahanan yang lebih besar dari yang diperkirakan. Hal ini didukung oleh daya beli yang kuat dan kemajuan dalam teknologi, terutama kecerdasan buatan yang diprediksi akan memberikan keuntungan besar di masa depan.
Dengan demikian, rekor S&P 500 ini juga menunjukkan bahwa pasar saham AS memiliki prospek yang cerah dan dapat memberikan keuntungan yang besar bagi para investor.