Produksi minyak kelapa sawit atau yang biasa dikenal sebagai crude palm oil (CPO) diproyeksikan akan mengalami penurunan pada tahun 2024 mendatang. Menurut Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), produksi CPO diperkirakan akan turun sebesar 5%-10% pada tahun ini. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti aktivitas agronomis yang minim dan faktor iklim yang tidak mendukung. Selain itu, harga CPO yang belum membaik juga berdampak pada harga tandan buah segar (TBS) yang rendah.
Menurut analis Ciptadana Sekuritas Asia, Yasmin Soulisa, memang ada potensi penurunan produksi CPO di tahun 2024. Namun, hal ini justru dapat menjadi sentimen positif yang dapat meningkatkan harga CPO. Yasmin memperkirakan, harga CPO global akan mencapai MYR 4.500 per ton di tahun 2024, yang merupakan kenaikan sebesar 17,4% dari harga rata-rata tahun 2023. Meskipun produksi CPO akan tetap datar, pertumbuhan pendapatan emiten CPO di tahun ini akan lebih banyak didorong oleh kenaikan harga.
Yasmin merekomendasikan untuk netral pada sektor CPO di tahun ini. Meskipun ada beberapa sentimen negatif, namun masih ada sentimen positif di kuartal I 2024 dari Tahun Baru Imlek dan bulan Ramadan yang biasanya meningkatkan permintaan. Untuk saham emiten CPO, Yasmin merekomendasikan untuk membeli saham AALI, DSNG, LSIP, TBLA, dan TAPG dengan target harga masing-masing Rp 10.200, Rp 760, Rp 1.140, Rp 910, dan Rp 670 per saham. Yasmin juga merekomendasikan untuk hold saham SIMP dengan target harga Rp 400 per saham.
Sementara itu, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Muhammad Nafan Aji Gusta, mengatakan bahwa penurunan produksi CPO di tahun ini akan berdampak pada kinerja harga saham para emiten CPO. Namun, kondisi geopolitik yang masih panas di tahun 2024 dapat menopang kinerja harga CPO sehingga tidak terlalu jatuh. Nafan merekomendasikan untuk hold saham AALI dan LSIP dengan target harga masing-masing Rp 7.200 dan Rp 880 per saham.