Perang di Gaza yang telah berlangsung selama empat bulan telah berdampak buruk pada perekonomian Israel. Banyak sektor industri yang terpaksa menghentikan bisnisnya, namun masih ada beberapa investasi baru yang masuk. Menurut laporan Al Jazeera, pemerintah Israel telah menyubsidi gaji 360.000 tentara cadangan yang dikerahkan ke Gaza sejak Oktober 2023. Hal ini berdampak pada industri teknologi tinggi di bidang keuangan, kecerdasan buatan, farmasi, dan pertanian.
Bank of Israel memperkirakan “dampak kotor” perang terhadap Israel mencapai 198 miliar shekel atau sekitar Rp836 miliar. Hal ini juga menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi menjadi 2% per tahun untuk 2023 dan 2024. Kementerian Keuangan Israel juga memperkirakan kerugian sekitar Rp217 miliar jika fase intensitas tinggi perang berakhir pada kuartal pertama tahun 2024.
Pariwisata merupakan sektor ekonomi yang paling terpukul di tengah perang. Pariwisata Israel menyumbang 2,6% PDB sebelum pandemi pada tahun 2019, namun turun menjadi 1,1% pada tahun 2021. Restoran dan toko di seluruh Israel masih sepi, dan banyak maskapai penerbangan membatalkan atau menangguhkan sebagian besar penerbangan ke Tel Aviv. Namun, beberapa maskapai besar seperti Lufthansa masih melanjutkan penerbangan mereka ke Israel.
Industri konstruksi juga terkena dampak besar. Proyek konstruksi di seluruh Israel telah dihentikan sejak Oktober dan Israel membekukan izin pekerja tanpa batas waktu bagi warga Palestina yang merupakan 65-70% tenaga kerja di sektor ini. Akibatnya, industri di Israel dan perekonomian Tepi Barat terkena dampak yang sangat besar. Untuk mengisi kesenjangan tersebut, Israel berencana mendatangkan sekitar 70.000 pekerja konstruksi dari negara-negara seperti China, India, Moldova, dan Sri Lanka.
Dampak buruk perang Gaza juga berdampak negatif terhadap perekonomian Israel di sektor lainnya. Serangan rudal dan pesawat tak berawak Houthi di perairan Laut Merah telah mengganggu perdagangan global dan juga berdampak pada impor Israel. Banyak impor Israel dari Asia kini dialihkan ke Afrika, sehingga menaikkan biaya pengiriman.