Indonesia, negeri yang merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, menyimpan berbagai keindahan yang memukau. Dengan banyaknya tempat yang menawarkan pemandangan yang indah, kenyamanan, dan pesona yang beragam, Indonesia menjadi destinasi wisata yang tak pernah habis untuk dijelajahi.
Salah satu contohnya adalah Bali, yang sudah tak asing lagi bagi wisatawan. Bali menawarkan wisata budaya, alam, dan segala kenikmatan yang diimpikan. Selain itu, ada juga Yogyakarta yang masih mempertahankan tradisi leluhur Keraton Yogyakarta dan dikenal sebagai kota pelajar. Kedua daerah ini bahkan sudah dikenal oleh dunia internasional.
Namun, tidak semua daerah di Indonesia mendapatkan popularitas yang sama. Terdapat beberapa daerah yang memiliki potensi wisata yang menarik, namun tetap tidak banyak dikunjungi. Bahkan, pemerintah daerah sudah membangun tempat wisata namun tetap sepi pengunjung, terutama dari turis dalam negeri.
Salah satu contohnya adalah wisata laut Wakatobi di Sulawesi Tenggara. Sebelum pandemi Covid-19, wisatawan yang datang ke Wakatobi mencapai 30 ribu orang per tahun. Namun setelah pandemi, jumlah kunjungan turun drastis menjadi hanya 11 ribu orang pada tahun 2022. Hal ini berbeda dengan tempat wisata populer seperti Yogyakarta yang bisa mendapatkan puluhan ribu pengunjung setiap bulannya.
Apa penyebabnya? Banyak yang berhipotesis, namun penulis melihat masalah yang mendasar dari sisi yang paling sederhana. Salah satunya adalah harga tiket pesawat yang terlalu mahal. Penulis mencoba mensimulasikan kalangan menengah yang mengalokasikan dana sebesar 10 juta rupiah untuk berlibur. Hasilnya, tiket pesawat dari Jakarta ke Yogyakarta atau Bali hanya sekitar 700 ribu hingga 1,2 juta rupiah, sementara tiket dari Jakarta ke daerah lain seperti Kendari atau Aceh bisa mencapai 2 juta hingga 2,3 juta rupiah.
Perbandingan ini menunjukkan bahwa orang yang masuk dalam kalangan menengah akan lebih memilih berlibur ke Yogyakarta atau Bali daripada ke daerah lain yang jaraknya lebih jauh. Bahkan jika dibandingkan dengan negara tetangga, tiket pesawat ke luar negeri seperti Singapura, Malaysia, atau Jepang justru lebih murah.
Hal ini menunjukkan bahwa masalah utama pariwisata Indonesia adalah harga tiket pesawat yang terlalu mahal. Solusinya adalah pemerintah perlu membuat regulasi yang memudahkan industri penerbangan domestik untuk berkembang sehingga persaingan antar maskapai penerbangan menjadi lebih sehat. Selain itu, pemerintah juga bisa menjalin kerja sama dengan maskapai penerbangan asing untuk melayani rute penerbangan ke daerah yang memiliki potensi wisata yang menarik.
Jadi, sebagai penutup, penulis ingin menekankan bahwa bagaimana mungkin wisatawan tertarik untuk mengunjungi Wakatobi jika harga tiket pesawat ke Jepang lebih murah daripada ke Wakatobi sendiri? Masalah ini perlu segera diatasi agar pariwisata Indonesia dapat berkembang secara optimal.