Kemenkes baru saja mengumumkan peningkatan jumlah kasus tuberkulosis (TBC) pada tahun 2023 yang mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah. Hal ini berkat penerapan sistem Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB) yang berhasil mendeteksi 809.000 kasus TBC, meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya terdeteksi 724.000 kasus. Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, dr. Imran Pambudi, temuan ini jauh lebih tinggi dibandingkan sebelum pandemi Covid-19 yang hanya mencapai 600.000 kasus per tahun. Ia juga menambahkan bahwa jika tidak ada upaya deteksi, kasus TBC akan terlihat rendah dan berpotensi menular karena tidak diobati.
Peningkatan kasus TBC ini juga didukung oleh penerapan program Public Private Mix (PPM) yang melibatkan fasyankes baik pemerintah maupun swasta dalam penanggulangan TBC. Dengan adanya SITB, pelaporan kasus TBC menjadi lebih baik dan data penemuan kasus meningkat. Dr. Imran juga menekankan bahwa peningkatan kasus TBC tidak selalu buruk, karena hal ini juga menandakan bahwa lebih banyak orang dengan TBC yang dapat dideteksi dan diobati.
Meskipun demikian, sebagai upaya pencegahan, masyarakat tetap diimbau untuk menjaga pola hidup bersih dan sehat, menghindari kontak dengan orang yang menderita TBC, dan menjaga kekebalan tubuh dengan pola makan seimbang dan olahraga. Jika berisiko tinggi, vaksinasi BCG dan pemeriksaan kesehatan secara berkala juga dapat dipertimbangkan. Kemenkes juga mengingatkan bahwa TBC masih menjadi tantangan global dalam dunia kesehatan dan dengan meningkatkan kesadaran, akses ke perawatan, dan langkah-langkah pencegahan, kita dapat bersama-sama mengatasi penyebaran penyakit ini dan melindungi kesehatan masyarakat.