Etana Biotechnologies Indonesia (Etana), perusahaan biofarmasi lokal Indonesia, telah mengumumkan kemitraan strategis dengan BeiGene, sebuah perusahaan bioteknologi global yang berfokus pada penelitian ilmiah.
Dalam acara Indonesia-China Healthcare & Biotech Investment yang diadakan di Jakarta, Presiden Direktur Etana, Nathan Tirtana, bersama dengan Adam Roach, Wakil Presiden dan Kepala Asia-Pacific BeiGene, menandatangani nota kesepahaman (MoU) untuk pemasaran, pengembangan, dan transfer teknologi produk Tislelizumab.
Tislelizumab adalah produk antibodi monoklonal anti-PD-1 yang telah mendapatkan beberapa indikasi untuk pengobatan kanker paru-paru, karsinoma urotelial, karsinoma hepatoseluler, karsinoma sel skuamosa esofagus, kanker nasofaring, dan limfoma Hodgkin klasik.
Dalam keterangannya, Nathan Tirtana menyambut baik kerja sama ini sebagai langkah penting untuk memberikan pengobatan kanker terkini yang terjangkau bagi semua pasien di Indonesia. Ia juga menegaskan komitmen Etana untuk memproduksi obat biologi berkualitas tinggi yang terjangkau dan inovatif untuk mendukung program pemerintah dalam menciptakan kemandirian dan ketahanan nasional di bidang kesehatan.
Produk Tislelizumab akan dipasarkan di Indonesia dengan nama ETAPIDI dan dapat digunakan sebagai pengobatan lini pertama atau lini kedua yang dapat dikombinasikan dengan obat kemoterapi. Beberapa penelitian menunjukkan efikasi dan keamanan yang baik untuk pengobatan beberapa jenis kanker.
Adam Roach, dari BeiGene, menjelaskan bahwa kemitraan ini menegaskan komitmen perusahaan untuk Kesetaraan Kesehatan Global (GHE) dengan menciptakan obat anti-kanker yang berdampak besar dan terjangkau untuk pasien di seluruh dunia. Ia juga menekankan pentingnya memiliki mitra seperti Etana yang memiliki tujuan yang sama untuk membantu menyediakan obat kepada sebanyak mungkin orang di kawasan Asia Pasifik.
Indonesia, sebagai negara berpendapatan menengah dengan populasi sekitar 270 juta, mengalami peningkatan beban kanker. Data terbaru menunjukkan bahwa kanker masih menjadi penyakit dengan biaya pengobatan terbesar bagi masyarakat Indonesia. Namun, pasien kanker dapat mengikuti program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang hampir seluruh biayanya ditanggung oleh BPJS, termasuk biaya pengobatan kanker yang tercantum di e-katalog atau Formularium Nasional.