“PLN Indonesia Power (PLN IP) berhasil memanfaatkan sepenuhnya bahan bakar biomassa sebagai pengganti batubara di 4 Unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Berhasil dilakukan di Sintang, Sanggau, dan Tanjung Balai Karimun, PLN IP kembali sukses menguji coba di PLTU Barru dengan menggunakan woodpellet. Inovasi ini merupakan komitmen perusahaan dalam mengurangi emisi karbon di Indonesia.”
Direktur Utama PLN Indonesia Power, Edwin Nugraha Putra, menyatakan bahwa upaya ini adalah bentuk dukungan kepada Holding dalam memimpin transisi energi di Indonesia. “Biomass firing ini adalah bentuk konsistensi PLN IP dalam mendukung PLN dalam memimpin transisi energi di Indonesia. Setelah sukses di PLTU Sintang, Sanggau, dan Tanjung Balai Karimun, kini kami kembali berhasil menguji coba di PLTU Barru dengan menggunakan woodpellet,” ujar Edwin pada Rabu (31/1/2024).
Langkah PLN IP di PLTU Barru ini juga mendapat apresiasi dari Komisi VII DPR RI. Ketua Komisi VII DPR RI, Sugeng Suparwoto, mengatakan bahwa tata kelola PLTU Barru sangat baik karena menggunakan metode biomass firing dalam menghasilkan energi listrik. “PLTU Barru telah menggunakan metode biomass firing dalam proses pengoperasiannya, dengan menggunakan serbuk gergaji, serpih kayu, dan sekam padi sebagai bahan bakar utamanya,” ujar Sugeng.
Hasil uji coba dan performance test yang dilakukan pada periode 26-29 Januari 2024 menunjukkan bahwa nilai kalori woodpellet yang digunakan mencapai 3900-4000 kcal/kg. PLTU Barru juga menjadi PLTU CFB (Circulating Fluidized Bed) pertama yang berhasil menerapkan 100 persen biomass firing. Metode ini merupakan pembakaran lapisan bahan bakar padat dan pasir yang terfluidifikasi, berbeda dengan PLTU Stoker atau Chain Grate yang menggunakan metode pembakaran bahan bakar padat di atas pelat logam yang bergerak. PLTU Sintang, Sanggau, dan Tanjung Balai Karimun adalah contoh dari PLTU Stoker atau Chain Grate yang digunakan oleh PLN.