“Dirty Vote” menjadi sorotan publik setelah tayang perdana di Youtube pada Minggu, 11 Februari 2024. Dalam jumpa pers yang diadakan pada hari yang sama, Wakil Ketua TKN Prabowo Gibran, Habiburokhman menuduh film tersebut berisi fitnah dan meragukan kapasitas dari tiga tokoh yang terlibat di dalamnya. “Saya mempertanyakan kompetensi para tokoh yang ada di film dokumenter tersebut,” ujarnya.
Namun, pendiri jaringan Gusdurian, Alissa Wahid memberikan pembelaan terhadap film Dirty Vote dan mengatakan bahwa ketiga pakar hukum yang terlibat dalam film tersebut adalah orang-orang yang kompeten. “Dirty Vote diisi oleh tiga pejuang demokrasi yang dihormati oleh para aktivis di seluruh Indonesia. Mereka memiliki rekam jejak dan kredibilitas yang jelas,” tegas Alissa dalam status Twitter-nya pada tanggal 11 Februari 2024.
Alissa juga menyinggung tentang penghargaan yang pernah diterima oleh film-film yang diproduksi oleh Dandy Laksono di bawah Watchdoc, yaitu Magsaysay Award yang dianggap sebagai “Nobel Asia”. “Diproduksi oleh WatchDoc, produsen film-film dokumenter yang pernah menerima penghargaan Magsaysay Award. Apakah Anda percaya? Tentu saja,” ujar Alissa.
Film Dirty Vote sendiri mengangkat berbagai dugaan kecurangan dalam pemilu dan memberikan berbagai bukti yang menarik perhatian publik. Dalam film ini, hadir tiga pakar yakni Bivitri Susanti, Zainal Arifin Mochtar, dan Feri Amsari. Saat ini, film Dirty Vote sedang ramai dibahas hingga menjadi trending di Twitter.