Jakarta – Bursa Asia-Pasifik dibuka menguat pada perdagangan Kamis (15/2/2024) setelah sebagian besar mengalami penurunan kemarin akibat data inflasi AS yang lebih tinggi dari perkiraan. Data ini memicu kekhawatiran bahwa bank sentral AS mungkin akan mempertahankan suku bunga yang tinggi untuk waktu yang lebih lama. Namun, pasar saham China masih libur dalam rangka perayaan Imlek dan akan kembali dibuka pada Senin pekan depan.
Dari Jepang, data awal pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV-2023 telah dirilis. Sayangnya, perekonomian Jepang kembali mengalami kontraksi karena inflasi yang tinggi yang menghambat permintaan domestik dan konsumsi swasta. Produk domestik bruto (PDB) Jepang pada kuartal IV-2023 mengalami kontraksi 0,4%, jauh di bawah perkiraan median survei pasar Reuters yang mencapai 1,4%. Meskipun demikian, PDB Jepang masih sedikit lebih baik dari kuartal sebelumnya yang mengalami kontraksi 0,8%. Namun, deflator PDB pada kuartal keempat mencapai 3,8% secara tahunan, menunjukkan penurunan konsumsi swasta yang menyumbang lebih dari separuh perekonomian Jepang.
Penurunan PDB selama dua kuartal beruntun telah menyebabkan Jepang resmi terjerumus ke dalam resesi teknis. Hal ini membuat tuntutan normalisasi suku bunga bagi Gubernur Bank of Japan (BoJ) Kazuo Ueda dan dukungan kebijakan fiskal bagi Perdana Menteri Fumio Kishida semakin rumit.
Di sisi lain, bursa Asia-Pasifik mengalami kenaikan setelah Wall Street berhasil memantul kemarin. Indeks Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq Composite semuanya menguat karena kinerja positif perusahaan-perusahaan seperti Lyft, Uber, dan Nvidia. Uber dan Lyft mengalami kenaikan yang signifikan karena laba mereka melebihi perkiraan dan Nvidia melampaui Alphabet sebagai perusahaan paling bernilai ketiga di pasar saham AS.
Wall Street sempat mengalami penurunan pada Selasa akibat inflasi AS yang berada di atas ekspektasi. Inflasi AS pada Januari 2024 mencapai 3,1% year-on-year, sedikit lebih rendah dari bulan sebelumnya yang mencapai 3,4%. Namun, inflasi ini masih jauh di atas ekspektasi pasar yang hanya memperkirakan 2,9%. Hal ini membuat pelaku pasar semakin pesimis bahwa The Fed akan segera memangkas suku bunga. Hanya 10,5% pelaku pasar yang memproyeksikan pemangkasan suku bunga pada Maret mendatang, meskipun probabilitas pemangkasan masih mencapai 70% pada tiga pekan lalu.