Jakarta – Program makan siang gratis kini menjadi topik hangat di Indonesia. Pasalnya pasangan calon (paslon) nomor urut 2, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, berencana menerapkan hal tersebut jika resmi menjadi pemimpin RI selanjutnya. Selain itu, program ini juga pernah dijalankan oleh beberapa negara seperti India, Brasil, Estonia, Finlandia, Swedia, Amerika Serikat (AS), Inggris, dan negara-negara di Afrika. Namun, program ini bukanlah ide baru, karena sudah ada sejak berabad-abad lalu.
Joseph Chesterfield Mackin, pemilik tempat bar di Amerika Serikat, adalah sosok pencetus utama program makan siang gratis. Pada tahun 1871, Mackin mulai memberikan makan siang gratis kepada setiap pengunjung yang membeli satu minuman keras. Dengan cara ini, Mackin berhasil meningkatkan penjualan minuman keras di tempatnya. Hal ini kemudian diadopsi oleh banyak bar-bar lain, sehingga pada tahun 1870-an, banyak bar yang menyediakan makan siang gratis kepada pengunjung yang membeli minuman keras.
Selain itu, minuman keras ini juga digunakan sebagai penawar atas rasa makanan yang kurang enak. Dalam buku ‘Drinking in America: A History’ (1982), dijelaskan bahwa pemilik bar sengaja menyajikan makanan gratis dengan kurang garam agar pengunjung bisa menebus kekurangan tersebut dengan membeli minuman keras lebih banyak. Hal ini tentu saja menambah pundi-pundi pemilik bar, namun di sisi lain, masyarakat bisa kenyang.
Meski begitu, program makan siang gratis juga menimbulkan masalah. Pada tahun 1874, ada kelompok yang menyebut program ini membuka pintu kematian karena membuat orang-orang lebih sering mengonsumsi minuman keras yang berbahaya bagi kesehatan. Selain itu, program ini juga membuat jumlah pengangguran dan tunawisma meningkat di banyak kota. Oleh karena itu, pada akhir abad ke-19, banyak kota yang melarang program makan siang gratis di bar.
Namun, program ini tetap dilanjutkan di sekolah-sekolah. Dari sinilah, program makan siang gratis terus dilakukan hingga saat ini. Pada akhir abad ke-19, Philadelphia dan Boston menjadi dua kota pertama di AS yang menerapkan makan siang gratis di sekolah. Penggagasnya adalah NGO, Women’s Educational and Industrial Union dan the Starr Center Association. Sejak diterapkan, program ini terbukti berdampak positif pada pertumbuhan anak dan sukses mengajarkan anak kebiasaan makan yang sehat dan bijak.
Seiring dengan mulai diterapkannya wajib belajar, program makan siang gratis meluas usai pemerintah AS memegang kendali penuh operasional. Program ini juga disahkan lebih lanjut di National School Lunch Act 1946, sehingga terus berlanjut hingga saat ini. Dengan demikian, program makan siang gratis yang awalnya menimbulkan masalah, akhirnya menjadi program jangka panjang yang memberikan manfaat bagi masyarakat.